Soe yang baik,
Gak terasa ya udah 44 tahun lu berangkat tinggalin kita, ternyata gue sekarang udah menjelang umur 74, Soe. Jadi udah tua, tapi gue yakin Tuhan masih makai gue, Tuhan punya maksud memberi gue umur panjang, gak kayak lu dipanggil cepat. Dan, lu juga memberi dampak yang hebat buat orang-orang.
Gak terasa Soe, sorry gue sih niatnya masih pingin napak tilas ke Semeru, pasti masih bisa, walaupun gue sekarang udah patah kaki, pakai dua tongkat, udah stroke. Tapi gue yakin gue bisa, cuma satu, kondisi gak memungkinkan, gue harus terbang ke Malang dan pakai mobil ke arah Ranu Pane, baru gue jalan, bisa.
Berapa lama pun gue bisa naik turun Semeru, gue yakin bisa. Tapi kondisi gak memungkinkan, jadi terpaksa untuk tahun ini kita gak tapak tilas tapi datang ke tempat nisan lu, di Taman Prasasti, untuk ngumpul dan ngenang akan kebesaran Tuhan.
Gua prihatin Soe, Mapala UI sekarang gak memperingati ultah Mapala tanggal 12 yang lalu. Dan juga Mapala tidak buat acara untuk peringatan kepergian kalian 16 Desember. Tapi, that’s life ! Itu lah hidup, yang penting kita teman-teman lu masih tetap mengenang lu dan menjadi kenang-kenangan indah. Dan, menjadi satu pelajaran buat kita semua akan kebesaran Tuhan.
Di Taman Prasasti udah keren banget Soe, yang aslinya lu cuma punya nisan, “Nobody Knows The Trouble I’ve Seen” (Negro Spiritual Song). Yang lainnya udah dipugar secara keren untuk umum, tamannya bagus, tempatnya bagus, tenang.
Gue kemari tadi pagi, Joyce berangkat ke Cikini. Joyce bini gua, lu gak tahu kan gua akhirnya kawin juga?, dia jaga kemenakannya Retno Momoto, bininya Benny Mamoto yang tahun 1970 pernah ikut tapak tilas ke Semeru.
Gue sendirian di sini, tapi gua senang ditemanin teman-teman pecinta alam yang mengagumi lu, sialan! Emosi lagi kumat!, terima kasih Soe, (menangis, suara tertahan beberapa detik), lu menjadi teladan (nangis lagi) buat generasi penerus (nangis) walau lu udah gak ada, tapi pemikiran lu menjadi panutan orang-orang (suara terbata-bata).
Gua sedih, soal peristiwa Semeru, ada orang yang masukin ke Facebook dan orang-orang yang gak ngerti kita, gak ngerti persahabatan kita, mancing-mancing supaya gua panas, sebab kelemahan gue dari dulu kan gitu, cepet marah dan panas. Tapi puji Tuhan, gue dikaruniakan kebijaksanaan makin tua dan kesabaran dan gue belajar untuk jadi humble.
Gue sampai sekarang masih punya niat untuk datang ke Semeru, malah dengan Joyce punya niat untuk ke puncak cartenz, itu bisa. Eh by the way, itu rumah kita mau dijual, dan kalau sudah laku bakal pindah ke Curug Nangka di Bogor.
Di situ gua akan dirikan perpustakaan, Benny Mamoto almarhum punya buku banyak kayak lu kan, buku-buku terlarang, Lenin, Mau Tse Tung, Bung Karno, Tan Malaka, kayak buku lu, untuk perpustakaan umum. Sayang, buku lu yang di Yayasan Mandalawangi gak jelas entah kemana.
Oke, itu aja, ya semacam berkeluh kesah. Kayak lu kan biasa begitu sama gue. Ok Gie, sampai ketemu di sana. Tungguin gue ya, bye.
Sahabatmu,
Herman Onesimus Lantang
Di antara temannya, Soe Hok Gie biasa dipanggil “Soe”. Surat terbuka ini dibacakan langsung oleh Herman Lantang di depan nisan Soe Hok Gie yang berada di Museum Taman Prasasti. Kemarin, Senin 16 Desember 2013, Herman Lantang datang ke museum yang beralamat di Jalan Tanah Abang 1 itu untuk napak tilas Musibah Mahameru Tahun 1969. Rencana awalnya, tiga rekan lainnya yang ikut dalam pendakian itu (Rudi Badil, Maman Abdurachman, dan Aristides Katoppo) juga akan datang. Namun karena kondisi yang tidak memungkinkan, akhirnya hanya Herman Lantang yang datang.
Dalam pendakian ke puncak tertinggi di Pulau Jawa itu, Herman Lantang menjadi pemimpin pendakian yang paling bersejarah itu. Kemarin, tepat 44 tahun yang lalu, Herman Lantang mengenang saat ajal menghampiri Soe Hok Gie. Saat-saat terakhir meninggalnya Soe Hok Gie, Herman Lantang sempat memangku sahabatnya itu di antara letusan vulkanik dari Puncak Mahameru. Saat itu juga, Herman Lantang harus menjadi pemimpin evakuasi jenasah, diinterogasi, dan diperiksa oleh polisi. Pagi harinya, Soe Hok Gie yang seharusnya merayakan ulang tahun ke-27 harus ditandu tanpa nyawa lagi.
Hari ini, 17 Desember 2013, jika tidak ada Musibah Mahameru Tahun 1969, mungkin Soe Hok Gie merayakan ulang tahunnya yang ke-71.
HAPPY BIRTHDAY SOE HOK GIE
#Salamlestari
Posted by :Estepe(@Estetikaetikapendaki)
0 Response to "Surat Terbuka Herman O Lantang Buat Soe Hok Gie !"
Post a Comment