“Aku ingin pergerakan dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri bagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku, tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang.”
– Leo Tolstoy (“Family Happines”)
Chris McCandless pemuda pandai. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,72 dari jurusan Sejarah dan Antropologi. Kemudian ia ditawari untuk menjadi anggota Phi Beta Kappa, tetapi ia menolak, bersikeras bahwa gelar dan kehormatan sama sekali tidak relevan. Keyakinannya ini dipengaruhi oleh pemikiran Leo Tolstoy, penulis favoritnya. McCandless menjadi pemuda yang idealis dan cenderung menjauhkan diri dari kehidupan modern.
Akhir Juni 1990, McCandless memasukkan semua harta miliknya ke dalam mobil Datsun B210 miliknya lalu melakukan perjalanan ke arah barat Atlanta. Tidak ada yang tahu rencana kepergiannya ke alam liar. McCandless benar-benar ingin memisahkan diri dari kehidupannya dan orang-orang terdekatnya.
Dalam perjalannya menuju alam liar Alaska, McCandless berangsur-angsur mengubah pola hidupnya. Awalnya, ia mengganti nama pemberian orang tuanya tersebut dengan Alexander Si Petualang Super. Ia bermaksud menghilangkan jejak dari kedua orang tuanya. Alhasil, Walt dan Billie memang tidak bisa menemukan putra kesayangan mereka itu. McCandless sebenarnya memiliki permasalahan dengan orang tuanya. Sehingga membuatnya makin yakin untuk menjauhi keluarga yang sangat menyayanginya itu.
Jon Krakauer menuliskan bahwa Chris McCandless menyumbangkan seluruh tabungannya sebesar 24 dolar untuk amal, meninggalkan mobil Datsunnya, dan hampir seluruh kekayaannya, serta membakar uang tunai yang ada di dalam dompetnya. Kemudian dia menciptakan model kehidupan baru untuk dirinya sendiri, menetap di tengah alam liar di luar lingkungan masyarakat, mencari pengalaman yang murni dan transedental.
Banyak sekali orang-orang yang berpengaruh bagi kehidupan McCandless selama perjalanannya ke Alaska. Orang-orang ini berjasa baginya karena memberi tumpangan ketika McCandless berjalan di tengah jalan, memberi pekerjaan bagi McCandless untuk melanjutkan hidup, atau sekedar memberi inapan satu dua malam. Orang-orang ini tidak pernah dilupakan oleh McCandless karena ia selalu berjanji pada mereka untuk mengirim kartu pos ketika ia berpisah untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Alaska yang memakan waktu selama dua tahun ini.
Pada April 1992 McCandless tiba di Fairbanks. 1 Mei 1992 ia menemukan bus nomor 142 terdampar di sebelah barat Healy. Bus yang hanya tinggal kerangka saja itu adalah buatan International Harvester yang merupakan bagian dari Sistem Transit Antarkota Fairbanks. Bus itu sengaja ditinggalkan ketika cairan salju dan banjir musiman memotong rute sebuah proyek pertambangan bijih besi.
"Foto Chris McCandless di depan bus no 142 dalam buku Into The Wild"
McCandless menikmati bus itu sebagai rumah barunya di alam liar. Ia hidup dengan berburu landak, rusa, bebek dan memakan umbi-umbian dan buah raspberry. Kehidupan alam liar itu membuat obsesinya untuk menjauhkan diri dari kehidupan modern tercapai. Namun, kebahagiaan ini hanya berlangsung singkat. Empat bulan kemudian, Chris McCandless ditemukan oleh para pemburu rusa sudah tewas. Jenazahnya sudah busuk, diperkirakan ia telah meninggal dua minggu sebelum penemuan itu.
Kasus kematian McCandless ini disimpulkan karena ia kelaparan. Namun Jon Krakauer, penulis buku ini, menelisik lebih dalam lagi kepada peneliti-peneliti yang kemungkinan dapat memecahkan misteri kematian pemuda idealis ini. Kematian McCandless begitu menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga dan orang-orang yang ia temui selama perjalanannya ke Alaska.
Kisah Chris McCandless ini awalnya ditulis oleh Jon Krakauer dalam majalah Outside edisi Januari 1993 sepanjang 9000 kata. Setelah itu banyak media-media lain yang mengangkat kisah McCandless kepada publik. Jon Krakauer tertarik untuk menelusuri kembali jejak McCandless yang kemudian berhasil dibukukannya, dan diterbitkan pada tahun 1996.
Buku non-fiksi Into The Wild ini sangat menarik dari segi konten cerita, gaya penulisan investigative, dan alur cerita yang tidak bisa ditebak pembaca. Jon Krakauer sangat lihai memperdalam bukti-bukti yang menguatkan fakta-fakta baru tentang kematian McCandless ini. Ia tidak enggan menjadi McCandless kedua ketika ia ingin mendapatkan data sedetail-detailnya tentang cerita misteri pemuda ini. Setiap chapter bukunya diimbuhkan tulisan pembuka dari buku-buku yang dibaca McCandless ataupun dari kutipan-kutipan tertulis dari pemuda itu, sehingga membuatnya semakin menarik dibaca.
Kurangnya pengalaman pembaca dalam memahami peta dan lokasi yang diceritakan Jon Krakauer dalam buku ini bisa jadi membuat buku ini kurang bisa dimengerti seutuhnya oleh pembaca. Meski dalam buku ini sudah dilengkapi dengan peta, visualisasi tokoh dan lokasi sepertinya diperlukan untuk menyempurnakan pemikiran visual pembaca, sehingga meskipun tidak semua pembaca memiliki unsur proximity (kedekatan) geografis dan psikologis, pembaca tetap menikmati setiap alur cerita ini.
Jon Krakauer
Terlepas dari kekurangan buku ini, Jon Krakauer berhasil memainkan emosi pembaca dari gaya penulisan alur back-first-back. Ia berhasil mengkonsep pemuda idealis yang sangat terobsesi namun tewas pada akhirnya menjadi cerita pemuda ambisius yang dijadikan pengalaman bagi keluarga yang memiliki anak. Cerita McCandless bukan lagi dipandang sebagai cerita yang sia-sia tapi sarat akan hikmah dalam setiap perjalanannya.
Into The Wild kembali diapresiasi dengan diluncurkannya film berjudul sama pada tahun 2007. Artikel Jon Krakauer tentang Chris McCandless di majalah Outside membuatnya menjadi finalis National Magazine Award. Ia juga mendapat penghargaan dari American Alpine Club Literay. Jon Krakauer terkenal sebagai penulis best seller Into Thin Air: Kisah Tragis Pendakian Everest. Karya tulisnya banyak dimuat di Smitshonian, National Geographic, Playboy, Rolling Stone, dan Architecture Digest.
Penulis: Jon Krakauer
Penerjemah: Lala Herawati Dharma
Penyunting: Maria M. Lubis
Penerbit: Qanita
Tahun: Februari, 2005
Tebal: 442 halaman
“Halaman demi halaman menakjubkan ini ditulis dengan alur cepat, gaya yang sempurna, dan kerendahan hati. Tidak ada pencitraan McCandless yang serampangan dan murahan, begitu pula karya Krakauer ini.”
-Kirkus Review-
0 Response to "Kisah Tragis sang Petualang Muda"
Post a Comment