Sebelumnya kita pernah ngobrol tentang Cheryl Strayed, si cantik yang diceritakan dalam film Wild, yang diperankan dengan sangat bagus oleh Reese Whiterspoon.
Kali ini kita mungkin masih akan mengobrol tentangnya, namun akan kita compare juga dengan si cantik Mia Wasikowsa yang berperan sebagai Robyn Davidson’s, yang melakukan perjalanan membelah terik dan memanggangnya gurun Australia sepanjang 2.700km, atau sejauh 1700mile, yang membentang mulai dari Australian Desert yang terkenal ganas dan mematikan, hingga ke garis pantai Samudra Hindia yang nun jauh di ujungnya.
Ada banyak pelajaran menarik dalam dua kisah ini, antara long journey yang dilakukan Cheryl Strayed di Pacific Crest Trail atau PCT, dengan yang dilakukan oleh Robyn Davidson’s di Australia Desert.
Yang pertama, yang membuat kisah ini menarik, tentu saja karena dua duanya merupakan sebuah cerita yang berangkat dari kisah nyata. Kisah nyata dua orang perempuan cantik beda negara dan latar belakang, yang sama sama melakukan sebuah perjalanan panjang untuk menemukan beberapa serpihan kehidupan mereka yang mungkin saja hilang.
Mungkin kita pernah mendengar kalimat berikut ;
“ Hiking is the answer, who cares what the question is, Hiking is medicine, who cares what the diseases is, atau hiking is the solution, who cares what the problem is…“
Ungkapan ini memang kadang terdengar terlalu dramatis dan mengada ada, namun beberapa orang memang secara nyata telah benar benar menemukan kebenaran dalam quotes ini. Dan contoh yang paling mudah kita temukan adalah tentang perjalanan Robyn dan Cheryl ini.
Salah satu masalah terbesar yang dialami oleh Robyn Davidson’s, adalah ia termasuk gadis penyendiri dan cenderung tertutup, bahkan tutur katanya bisa dibilang sangat judes dan ketus. Hal ini dapat difahami karena saat usianya masih kecil, ia melihat sendiri bagaimana Ibu kandungnya melakukan gantung diri dengan seutas kabel di langit langit rumahnya. Kenangan buruk dan traumatic ini menghantuinya sepanjang sewaktu, sehingga mempengaruhi faktor kejiwaannya secara mendalam.
Robyn Davidson's
Selain hal itu, ayah Robyn yang mantan seorang penjelajah, dan juga penambang emas di Afrika, yang pernah melakukan perjalanan lintas gurun menyeberangi belantara seorang diri, selama berbulan bulan, memberikan inspirasi tersendiri bagi seorang Robyn.
Pada intinya, masalah terbesar bagi Robyn adalah kesulitannya dalam bergaul dan menerima semua yang telah terjadi pada dirinya semasa kecil. Tidak mudah baginya untuk berdamai dan move on dari masa lalunya. Dan itulah dorongan terbesar ia melakukan long journey crossing the Autralian desert tersebut, sebagai bentuk pencarian diri, dan juga pencarian ketenangan untuk jiwanya sendiri.
Tidak jauh berbeda dengan motif yang mendasari perjalanan Robyn Davidson’s, dorongan terbesar bagi seorang Cheryl Strayed dalam bertualang melintasi Mojave Desert, hingga finish di Bridge of the Gods, juga merupakan sebuah upaya untuk menemukan lagi dirinya sendiri yang hilang, dan juga upaya untuk bisa lepas dari dekapan masa lalunya yang kelam.
Dihari hari pertama, tujuan perjalanan melelahkan ini mungkin lebih kepada keinginan untuk menyendiri, untuk tenang, untuk menjauhi kebisingan perkotaan, dan juga kebisingan dari banyak mulut di sekeliling mereka. Namun pada hari hari selanjutnya, ketika semangat dan tekad sempat goyah, ujian dan tantangan memhempas ke titik batas, banyak kendala merintangi jauh diluar rencana, maka di sanalah dengan perlahan, makna makna perjalanan mulai dituai, hikmah hikmah berjalan jauh mulai diajarkan oleh alam, dan juga mulai mampu diserap oleh hati.
Dan kemudian jawaban itulah sebenarnya yang mereka cari, yang sama sekali tidak terbayangkan saat memulai langkah mereka untuk menyusuri gurun yang ganas dan seolah tak berujung tersebut.
Hal kedua yang menarik dari dua kisah ini, adalah karena pelakunya perempuan. Yang tidak bisa kita nafikan, dalam perkembangan dunia yang sudah sangat mutakhir ini, perempuan masih tetap menyisakan banyak tanda tanya jika mereka melakukan sebuah jenis kegiatan yang tidak biasa, seperti bertualang sendirian di alam bebas yang penuh bahaya ini.
Jika orang menyebut nama Alexander Doba, si kakek yang mengayuh kayaknya mengarungi samudra Atlantic sendirian, atau nama Ueli Steck yang banyak memecahkan rekor dunia dalam pendakian cepat gunung gunung sulit dunia, atau mungkin salah satu petualang muslim paling hebat, Ibnu Battuta, yang mengelilingi dunia seorang diri. Orang orang mungkin hanya akan bereaksi “ wow that’s amazing…”, dan kemungkinan hanya akan berhenti pada rasa kagum saja.
Namun jika yang disebut adalah nama seperti Sarah Marquis, Gerlinde Kaltenbrunner, Edurne Pasaban, dan tentu saja Chery Strayed dan Robyn Davidson’s, mungkin reaksi banyak orang tidak hanya akan mengatakan Wow, that’s amazing saja, namun juga akan sedikit diperpanjang dengan kalimat, “.. She is crazy ladies, how if there is somethings bad like this, or like that’s…”
Jadi, tentu butuh lebih banyak tekad dan kenekatan dari seorang perempuan untuk dapat melakukan perjalanan seperti yang Cheryl dan Robyn lakukan.
Cheryl Strayed
Hal ketiga yang membuat petualangan dua perempuan muda ini istimewa, adalah jarak tempuh, jenis petualangan, dan tentu saja waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
Cheryl Strayed menghabiskan waktu lebih dari tiga bulan berjalan kaki untuk tiba di Bridge of the Gods, sedangkan Robyn Davidson’s bahkan hingga lebih dari setengah tahun berjalan kaki bersama 4 ekor untanya, sebelum akhirnya bisa tiba di Samudra Hindia dan mandi dengan semangat yang baru di dalam air laut yang biru.
Seperti yang kita bicarakan sebelumnya, butuh lebih dari sekedar hobi, nekat, dan berani untuk bisa menyelesaikan rute ini tanpa menyerah di tengah jalan.
Dan mungkin hal terakhir yang keempat, yang membuat kisah ini layak disimak, adalah publikasinya yang bagus.
Cheryl Strayed menulis buku setelah melakukan perjalanannya dengan judul Wild, demikian juga Robyn Davidson’s, ia menulis buku dengan judul Track, dua duanya best seller, dan dikemudian hari diangkat ke layar lebar dengan bintang bintang terbaik sebagai aktornya.
Saya memiki keyakinan yang cukup besar jika kisah Sarah Marquis juga akan di filmkan, dari sisi durasi dan jarak ia jauh mengungguli Cheryl dan Robyn. Sarah Marquis melakukan perjalanannya seorang diri, menyusuri hutan liar Siberia, melintasi Gurun Gobi China, menyeberangi dataran asing Laos, dan menjelajah hingga pedalaman Thailand, sebelum akhirnya ia finish di Australia. Total jarak yang ditempuhnya sepanjang 20.000 km, atau 12.000 mile, dengan waktu tempuh selama 3 tahun.
Publikasinya yang mungkin masih belum sebesar gaung Wild dan Track, hanya ada dua buah buku yang menceritakan kisah perjalanannya ini, yaitu The woman who walked 10.000 miles in three years, dan juga yang ditulis oleh Sarah sendiri yang berjudul Sauvage Par Nature.
Gaung bukunya ini belum begitu terdengar, sehingga info tentang Sarah Marquis dan perjalanannya paling banyak bisa di peroleh melalui national geographic, karena ia merupakan salah satu kandidat adventure of the year tahun 2013.
Sarah Marquis, trekking sedirian selama 3 tahun
Tidak mudah dimengerti oleh masyarakat umum mengapa ada seorang wanita yang mau menghabiskan waktu berbulan bulan, bahkan hinga bertahun tahun berjalan kaki seorang diri menyusui gurun tandus, hutan lebat, dan pegunungan yang membeku.
Dan tidak juga dapat dipastikan apa jawabannya, hingga mengapa mereka melakukan hal itu.
Yang pasti, ungkapan tentang “ Hiking adalah jawabannya, siapa perduli dengan pertanyaannya…” memang ada benarnya.
Posted by : Anton sujarwo
0 Response to "Track vs Wild ( dua perempuan cantik ratu trekking trail dunia )"
Post a Comment